Sunday 20 May 2012

KEDOK

Sekitar 3 minggu yang lalu, saya mengikuti salah satu kegiatan Gereja berupa weekend Choice. Choice merupakan sebuah gerakan yg bertujuan untuk menjalin relasi yang makin baik antara kita dengan Tuhan dan antar sesama terutama dg orang terdekat. Kebetulan, weekend ini menurut tim panitia merupakan angkatan yang bagus karena saya mengikuti weekend angkatan 88, atau yg nantinya dikenal sebagai Choice 88. Kegiatan yg berlangsung selama 3 hari 2 malam ini saya katakan beda dg kegiatan2 retret yg pernah saya ikut.

Btw, pada salah satu sesi, tema yang dibawakan adalah KEDOK atau TOPENG. Pada awal sesi, saya dan (mungkin) kami semua mengganggap bahwa kedok adalah suatu penutup diri yg kadang bisa digunakan dan kadang bisa dilepaskan. Contoh, jika ketemu A, pake topeng A. Tapi pas ketemu B, pake topeng B walau pada keadaan yg sama.

Usut punya usut dan setelah pembahasan, yang dimaksud dg kedok adalah sifat yang terbentuk sudah lama melalui proses yg panjang. Contohnya, kedok 'selalu bisa', artinya kita merasa selalu bisa mengerjakan apapun agar dpt dilihat orang bahwa kita mampu mengerjakannya.

Melalui perenungan yg dlam, saya mau cerita tentang kedok yang (mungkin) sedang saya pakai, yaitu kedok 'banyak teman'. Saya ga tau kapan kedok ini mulai terpakai dan akhir-akhir ini saya menyadarinya. Begini ceritanya...

Saat SMP-SMA, saya dpt mengatakan bahwa saya anak yg tidak aktif dlm bersosialisasi. Saat SMP, saya hanya mengikuti satu ekskul dan pada SMA saya tidak mengikuti kegiatan lain selain kegiatan akademik di sekolah. Puji Tuhan, saat SMP saya masih bisa mengikuti satu ekskul sampai tamat sekolah dan untungnya, saya bisa kembali mengikuti kembali ekskul tersebut setelah saya meninggalkan ekskul tersebut beberapa bulan. Satu penyebab saya kembali mengikuti ekskul tersebut adalah saya iri dengan teman2 yg mengikuti ekskul yg sama dan memiliki teman2 adik kelas dan makin akrab satu sama lain. Dengan modal nekat, saya kembali mengikuti ekskul tersebut sampai tamat SMP. Puji Tuhan, sampai tamat SMP, teman2 saya bertambah baik yg seangkatan maupun senior dan junior di SMP.

Masuk SMA, saya sempat mengikuti ekskul yg sama seperti waktu SMP, namun entah kenapa saya tidak melanjutkannya. Mungkin krn pernah terjadi slack dg ekskul SMP. Pada saat SMA, saya dikenalkan dg KSK. Puji Tuhan dri KSK ini saya semakin memiliki banyak teman. Dan saat SMA, yg paling menyita waktu selain sekolah adalah KSK.

Lulus SMA, saya melanjutkan kuliah. Entah saya yg kaget dg budaya kampus atao bagaimana, saya kembali tidak mengikuti unit di kampus dengan berbagai alasan sampai2 saya jg tidak bergabung dg unit mahasiswa di jurusan saya. Teman2 saya sewaktu kuliah terbilang tidak banyak. Syukur saya masih sempat berkenalan dg beberapa orang dr KMK. Merasa kesepian di kampus, saya mencoba mencari teman di luar kampus melalui kegiatan Gereja. Ya dari beberapa kegiatan Gereja ini, saya kembali menambah teman.

Seiring berjalan waktu, orang yg kukenal semakin banyak. Sampai2, saya dengan bangga bercerita kepada teman sepermain bahwa saya kenal dg banyak orang. Namun, sedikit demi sedikit kebanggan itu mulai hilang. Kenapa? Karena saya kenal banyak orang TAPI, tampak tidak ada yg bisa saya kenali dg baik. Maksudnya, saya tidak bisa masuk ke dalam diri mereka dan mereka jga tidak bisa masuk ke dalam saya. Saya iri dg beberapa teman saya, mereka tidak banyak punya kenalan tapi mereka bisa mempunyai sahabat yg sangat baik. Sedangkan saya? Banyak teman, tapi sangat sedikit yg saya kenal dengan baik dan mereka mengenal saya juga dg baik.

Ini merupakan salah satu kedok yg saya miliki. Saya bersyukur punya banyak teman. Tapi, saya jga ingin dri teman2 yg banyak ini, saya bisa mengenal mereka lebih baik dr hanya sebatas teman bermain.