Saturday 14 September 2013

Yakin nih pergi sekolah lagi?

Tampak sudah lama saya ga nulis disini dan setelah membaca blog temanku, Sunni, jadi ingin nulis lagi. :)

Ya mungkin tulisan kali ini tentang peyakinan supaya bisa berangkat sekolah lagi. Singkat kata, ini semua gara-gara Sunni lagi. haha.

Singkat kata, setelah menyelesaikan program master Sains Kebumian - ITB tahun lalu, saya bergabung di salah satu kantor donor pemerintah asing di Jakarta sejak bulan Oktober 201. Semuanya berjalan lancar hingga Sunni mendapatkan fellowship di Korea (baca aja kisah sedihnya di blog dia).

Setelah selesai S2, saya menetapkan rencana: kerja dulu 1-2 tahun dan sebelum umur 27 sudah berangkat sekolah S3, saat ini saya belum 24. Hingga bulan Februari/Maret berjalan sesuai rencana. Saya bekerja dengan tenang. Setelah Sunni mendapat LoA dari kampusnya sekarang, saya jadi 'panas' pengen sekolah lagi secepatnya dan sebelum umur 27.

Singkat kata, saya mulai mencari-cari pintu yg bisa dimasuki dan persayaratannya. Kalau untuk persyaratan administrasi kuliah saya rasa pasti lolos-lolos saja, asalkan English scorenya mantap.Tapi, saya kan bertekad sekolah gratis kata lainnya sekolah dibayarin atau dpt beasiswa. Saya mulai mencari beasiswa bulan Mei - Juni, dan setelah beberapa minggu mencari, saya putuskan untuk berangkat sekolah secepatnya Juli 2014 karena pendaftaran beasiswa sudah lewat dan andaikan ada, saya masih belum mempunyai score English.

Berdasarkan kondisi di atas, saya memutuskan untuk menyiapkan score bahasa Inggris dulu dan baru mulai mendaftar bulan Januari 2014 setelah mengikuti tes bhs Inggris bulan November/Desember 2013. Singkat kata, saya mulai mencari tempat untuk kursus TOEFL atau IELTS tapi sampai sekarang ga ada kelas yang saya masuki karena mahal dan jadwalnya ga sesuai.

mulai kacau dan penuh surprise 

Semua berjalan lancar sampai hari Senin sore, 26 Agustus 2013. Pada hari itu, seorang Profesor bidang Earth Sciences dari salah satu kampus ternama di Australi datang ke kantor. Sore hari saya pamit pulang dan berbicara sebentar dg sang profesor karena takut besok tidak berjumpa lagi karena kesibukannya. 

Saat saya pamit pulang, saya mengatakan kepada prof kalau akan mengontak beliau minggu depan untuk menanyakan kesempatan sekolah di tempatnya. Sang prof menjawab dengan antusias menjawab kalau dia mempunyai dana projek yang dpt digunakan untuk membiayai seorang mahasiswa tetapi tidak ada mahasiswa yang mau bergabung. Sehingga ia bisa menggunakan uang tersebut untuk membayari saya sekolah.

Wow! Semudah itukah?

Ok, saya pikir dana tersebut bisa saya pakai untuk bulan Juli 2014 setelah saya menyelesaikan kontrak di kantor. Prof pun tidak mengatakan kapan sebaiknya harus digunakan. Jadi asumsi saya benar.

Hari Rabu saya bertemu dengan seorang teman untuk makan malam. Teman saya ini sedang bekerja di Singapore dalam rangka persiapan menjadi mahasiswa s3 di salah satu kampus swasta beken di sana. Kami hanya berbicara ngalor ngidul dan rencana masa depan sampai tawarannya untuk bergabung di Singapore. Lima menit sebelum mengakhiri obrolan, kira-kira hampir jam 11 malam, saya mendapat email dri sang prof. "Wah, ada apa nih? kok prof malam2 ngrim email?" pikirku.

Kubuka emailnya dari BB-ku yang isinya dia memberikan link untuk aplikasi sekolah di kampusnya dan harus disubmit sebelum 31 Agustus!

APA??? HARUS SUBMIT SEBELUM 31 AGUSTUS???

Esok pagi saya membalas email sang prof dan bernegosiasi. Saat saya akan registrasi, website menanyakan rencana mulai kuliah. Saya pikir bisa untuk bulan Juli 2014 karena prof ga bilang apa2. Lalu saya tanyakan lagi ke beliau dan jawabnya, "Saya pikir Januari 2014 adalah yg terbaik"

APA??? JANUARI 2014??? CEPAT SEKALI!!!

Selanjutnya beliau meyakinkanku kenapa harus mengambil Januari 2014 dan konsekuensinya jika saya memilih Juli 2014. Singkatnya, jika saya memilih Juli 2014 karena ingin menyelesaikan kontrak, dana beasiswa belum tentu bisa cair dan mungkin Juli 2014 saya juga belum bisa kuliah. Jadi, untuk keamanan dana beasiswa saya harus memastikan Januari 2014 akan memulai sekolah.

Yang rencana awal pergi sekolah sebelum umur 27 tahun, berubah menjadi paling cepat apply sekolah januari 2014, sekarang harus memutuskan mau mulai sekolah Januari 2014 atau tidak. HAHA

Dengan modal dokumen seadanya dan bantuan dari sang prof, saya apply sekolah dengan modal (bentuk scan):
*Ijazah bhs Indonesia s2
*transkrip English ijazah s1
*ijazah SMA, ijazah SMP, dan SD (biar keren)
*daftar publikasi dan penghargaan sewaktu kuliah
*nilai TOEFL preparation sewaktu kelas 2 SMA (masih 417 nilainya :p)
*tanpa dokumen proposal riset.

Dengan modal itu saya submit aplikasi sekolah dan berhasil submit tgl 31 Agustus jam 2 paginya Ausie..

Setelah saya submit, saya baru tau kalau prof cuma punya dana untuk living cost 3 tahun (overseas student butuh 4 tahun untuk sekolah di sana) dan yg kemarin saya submit itu adalah untuk mencari beasiswa SPP yg harganya A$31601/year!!!! Hoho..

Setelah submit, hari Rabu prof ngirim email lagi untuk menyruh saya membuat proposal riset singkat sebanyak 1 halaman dan dikumpulkan hari Selasa.

WHAT??? HARI SELASA??? SAYA AJA GA TAU MAU RISET APA???

Lagi-lagi prof membantu mengarahkan.
Saya buat draft dan saya kirimkan yang akhirnya diperbaiki dan ditambahkan oleh beliau.

Tapi saya masih punya 1 PR lagi, yaitu SEGERA TES BHS INGGRIS!!!

Senin kemarin akhirnya saya memutuskan untuk ikut tes IELTS (harganya US$195, dan saat itu US$1 = IDR11,900.00) untuk akhir bulan September. Dengan semangat yg ada, saya akhirnya belajar otodidak deh.



kesimpulan
Dari semua ini, saya sedang memantapkan diri: 
1. Apakah saya pantas untuk mengambil S3?
2. Yakin mau sekolah lagi?
3. Kalau yakin, Yakin mau sekolah di Ausie?
4. Kalau yakin, Yakin tinggal disana 4 tahun?
5. Kalau yakin, Emang IELTS-nya bakal bagus? -> HAHAHAHA